[Flash Fiction] Imam

Le, sudah berapa hafalan Qur’anmu?”

Bagus tersipu, “Baru 10 juz Mbah.”

Mbah Sarwo mengangguk, ada kebanggaan di wajahnya. “Iso nggenteni aku Le,” katanya.

Mboten, Mbah, ampun kulo.” Bagus menggeleng, menunjukkan gestur menolak. Ia merasa tak pantas, masih banyak yang lebih baik hafalannya di desa ini.

“Aku percaya karo kowe.” Hanya itu. Lalu dia berbalik, sampai iqamat berkumandang dari bibir Bagus. Suaranya merdu,cengkoknya khas.

Bagus sedang mudik, liburan ini tepat bulan ramadhan. Ia pun melebur menjadi satu di mushala kecil di desa terpencil ini. Nyaman, terutama mendengar suara Mbah Sarwo, jarang ada orang jawa sepuh pandai soal makhraj. Kebanyakan mereka mengucapkan ngain untuk ‘ain, tidak demikian Mbah Sarwo, lelaki sepuh guru ngaji Bagus.

“Le, berdiri di belakangku,” perintah Mbah Sarwo.

Bagus ragu,tapi ia menurut saja.

Shalat tarawih kali ini lebih khusyu’ dari biasanya, begitu dalam. Ketika witir telah berjalan 1 rakaat, Mbah Sarwo tidak juga berdiri dari sujudnya. Beliau mengangkat tangan kanannya, menunjuk Bagus seraya berkata, “Sub… ha… nallah…”

Jantung Bagus berdetak tak beraturan, ia maju setengah langkah, menggantikan Mbah Sarwo mengimami dengan bacaan sederhana seraya tersedu. Setelah mengucap salam, ia bergegas menghampiri Mbah Sarwo, yang bersujud dalam diam, tanpa denyut nadi.

Flash Fiction 198 kata.


Ket.
Le, kependekan dari Thole : panggilan untuk anak laki-laki jawa
Iso nggenteni aku Le : bisa menggantikanku Le
Mboten, Mbah, ampun kulo : Tidak Mbah, jangan saya
Kowe : kamu
Sepuh : tua

***


Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Hendaknya (yang) berada di dekatku (di belakangku) dari kalian adalah orang yang berakal dan berilmu. Kemudian diikuti orang-orang berikutnya (tiga kali). Dan jauhilah (suara) keributan pas…ar-pasar”. [HR Muslim, no. 255].

Imam Nawawi menyatakan, dalam hadits ini terdapat perintah, yakni mendahulukan yang paling utama lalu di bawahnya, untuk yang berada di belakang imam, karena ia (ahlul ahlam wan nuha, Red) lebih pantas dimuliakan. Dan terkadang imam membutuhkan pengganti, sehingga ia lebih berhak. Juga karena ia akan dapat memperingatkan imam, kalau imam lupa ketika selainnya tidak mengetahuinya. Juga untuk menerapkan dengan baik tata cara shalat, menjaganya dan menukilkannya, serta mengajari tata cara tersebut sehingga orang yang berada di belakangnya mencontoh perbuatannya.(almanhaj.or.id)

Flash Fiction ini sudah diikutsertakan dalam LOMBA CERPEN “AKU, KAMU, DAN RAMADHAN” yang diadakan oleh http://cerpentigatujuh.blogspot.com/

2 thoughts on “[Flash Fiction] Imam

Leave a reply to dysisphiel Cancel reply