Kemarin status FB ku, adalah nggak semua yang kamu anggap BURUK, benar-benar BURUK. Ada pemicunya, tapi nggak penting juga dibahas, hwhwhw.
Banyak yang nge-like. Dan dua saudaraku ikut meramaikan suasana, haha. Pengalaman, katanya. Jadi memang hal seperti itu tampaknya biasa terjadi. Seseorang bisa saja men-judge orang lain hanya dari luarnya saja, subyektif. Hanya mengambil kesimpulan sesaat. Impulsif.
Jangan bilang aku menggurui, karena ini adalah proses muhasabah, terutama bagi diriku. Mungkin, seringkali bisa jadi aku juga melakukannya. Mohon maaf, bila ada yang merasa, hehe. Tapi jujur saja, ada rasa tak nyaman bila melihat seseorang begitu menganggap (hampir) semua hal buruk. Padahal, bisa saja bila ia dilimpahi tugas yang sama, belum tentu ia mampu, kan?
Waktu nonton kajian, aku menyadari satu hal, yang begitu indah. Dikisahkan, seseorang yang sangat rajin shalat, baik wajib maupun sunnah, datang kepada Allah untuk menimbang amalnya. Tapi dengan cepat amal itu habis tak bersisa, hanya karena ia pernah memfitnah orang lain. Intinya, hubungan kita dengan Allah bisa jadi begitu baik, sangat baik, malah, bagai seorang Kyai yang diagungkan. Namun bila hubungan dengan sesama manusia tidak terjalin, untuk apa?
Dan bagiku, meminta maaf berkala, baik itu ketika ada momen maupun tidak, masih lebih baik, ketimbang yang sama sekali tidak mengucapkan. Selama 1 tahun, seandainya ada beberapa hati yang luka karena ucapan kita, maka bekasnya akan susah terhapus, bahkan meskipun kita meminta maaf. Tapi paling tidak, kita menggugurkan kewajiban kita kan? 🙂
Tidak ada manusia yang sempurna, pasti, tapi ada manusia yang selalu belajar. Semoga jadi pembelajaran yang baik, terutama bagi diriku sendiri. Aamiin.
Aku berkata, “Allah dan Rasul-Nya lebih tahu.” Rasulullah bersabda, “Tali keimanan yang paling kuat adalah loyalitas kepada Allah, dengan mencintai dan membenci (segala sesuatu) hanya karena- Nya.” (al-Hadits)
nice filly 😀
gambare telanjang..saru…tutupi tutupi..C#
like this..warn me
sepertinya orang kerap butuh momen untuk melakukan sesuatu…..seandainya tak ada tradisi maaf2an di idul fitri, kayake orang ‘pantang’ untuk minta maaf
makasih mba ii 😀
ngko tak njaluk mba ii nggawekna klambi 😀
alhamdulillah, so do i 😀
betul mas, dan seandainya nggak ada tradisi mudik, kapan mereka akan kembali ke orangtua ?
jfs fil, suka hadits na ngenaaa
😦
alhamdulillah 😀
😀
Tfs udh ngingetin lg..kajian yg sama pnh dibahas beberapa hr lalu jg..yg intinya Kalau bnyk ibadah tp buruk sm sesama,mk amalannya disumbangkan kpd orng2 yg prnh didholiminya.
yoi 😀