Jilbab Pertama, Untuk Selamanya…

Bismillahirrahmanirrahim…

Lulus SD, nilaiku pas-pasan. Kebetulan waktu SD aku cukup sering sakit, selain itu ada faktor ‘guru killer‘ yang bikin aku malas-malasan sekolah. Alhasil, aku nggak bisa masuk SMP favorit. Aku daftar ke calon SMP-ku ini naik becak, SMP berbasis islam, yang pengelolaannya masih belum terlalu baik. Aku berangkat pake kaos *anak mana yang mau daftar sekolah pake kaos oblong?*. Dan, hampir semua yang daftar berjilbab, memang kebanyakan mereka berasal dari SD dengan yayasan yang sama.

Mulai hari pertama sekolah itulah, aku wajib pakai kerudung. Nggak ada toleransi lah. Tahun itu SMPku mulai dibuka dengan embel-embel sekolah IT, dan kenyataannya memang benar, sekolah kami berkembang jauh ke depan. Pembagian kelas akhwat dan ikhwan pun diberlakukan. Hanya menerima 2 kelas, 1 kelas putra, 1 kelas putri. Selama 3 tahun kami, selalu hidup *ceila* bersama. Selesai pelajaran tahfidz lalu main bekel di belakang kelas? Biasa… Aku bahkan hampir nggak kenal dengan kelas putra. Tapi kuakui, kelasku paling kompak. Piala bergilir, setia nongkrong di atas lemari.

Tahun pertama, penyesuaian yang cukup berat. Pada dasarnya aku penakut. Pernah suatu kali aku keluar untuk belanja, nekat tanpa jilbab. Tapi yang aku rasakan malah ketakutan, khawatir ustadz maupun ustadzahku melihat, apa kata dunia? Tak tahan dengan debaran yang tak mengenakkan itu, aku akhirnya berangsur mengenakan kerudung setiap keluar rumah. Bahkan makin nyaman.

Ustadz/ah yang begitu baik, menghilangkan kesan buruk yang tercetak dari masa SD. Guru killer yang hanya bisa mengancam hanya masa lalu. Jam 7 – ashar, menjadi kebiasaan. Bahkan meski semua teman pulang, kadang aku masih piket dengan teman-temanku, nongkrong di sekolah.

Selepas SMP, beberapa teman melepas jilbabnya, aku kecewa. Tapi aku bersyukur tetap mengerudungkannya di atas mahkotaku. Di SMA, pergaulan dengan teman sebaya yang berbeda keyakinan dan heterogen, membuatku mencari kelompok homogen untuk menyeimbangkan rohaniku. Beruntung, teman-temanku begitu baik.

Ketika kelulusan, keyakinan kembali terguncang. Berita menyebar. Ijasah dengan pas foto berjilbab, akan dipersulit. Baik kelulusan maupun ketika mencari kerja. Tapi entah kenapa, perasaanku biasa saja. Beberapa dari temanku melepas kerudungnya untuk pas foto. Aku tetap mengenakannya. Biarlah yang akan terjadi, terjadi dengan hikmah dari-Nya. Dan ternyata? Tidak terbukti.

Dan tahukah, aku merasa, kalimat : ‘pengalaman jilbab pertama’ adalah suatu proses yang panjang. Menurutku tidak serta merta ketika kerudung sudah menutup rambut, itulah jilbab pertama. Aku merasa, proses pendewasaan dan peningkatan akhlak lah yang layak disebut pengalaman jilbab pertama. Menjilbabi seluruh diri ini. Ketika mengenakan kerudung bukan lagi sebuah keharusan, tapi kebutuhan. Menjadi bagian dari jasad ini. Menjadi pemanis hati ini. Dengan tujuan yang satu, mengharap ridho dari-Nya. Entahlah, wallahu a’lam..

Diikutsertakan dalam lomba menulis Jilbab Pertama *walaupun semua pasti udah tauuu.. 😀
Gambar dari sini.

47 thoughts on “Jilbab Pertama, Untuk Selamanya…

  1. niwanda said: Aku baru tauuu :).

    hehe…masa labil ya…takut ustafadzah…ga papa…itu proses..klo aku justru kebalikan..dg hidup diantara heterogen justru makin kaya…karena bisa memahami link yg miss match diantara heteroginitas tersebut.C#

  2. bleruangke said: hehe…masa labil ya…takut ustafadzah…ga papa…itu proses..klo aku justru kebalikan..dg hidup diantara heterogen justru makin kaya…karena bisa memahami link yg miss match diantara heteroginitas tersebut.C#

    haha, kadang kita butuh lingkungan homogen untuk belajar lebih baik… membagikannya, kita masuk ke yang heterogen 😀

  3. berry89 said: haha, kadang kita butuh lingkungan homogen untuk belajar lebih baik… membagikannya, kita masuk ke yang heterogen 😀

    ilmu dan kebijaksanaan itu ada dimana mana..kewajiban seorang muslim dan muslimah untuk mengambilnya….baik di homogen maupun heterogen..C#

  4. bleruangke said: ilmu dan kebijaksanaan itu ada dimana mana..kewajiban seorang muslim dan muslimah untuk mengambilnya….baik di homogen maupun heterogen..C#

    jadi inget momen indah dulu :’)moga menang kaaakk x)pengen ikut lombanya juga jadinya ‘_’i

  5. bleruangke said: ilmu dan kebijaksanaan itu ada dimana mana..kewajiban seorang muslim dan muslimah untuk mengambilnya….baik di homogen maupun heterogen..C#

    subhanallaaah filyy 🙂 eh fily mau masukin lagu ke postingan kita gimana caranya? kek postinganmu iku loh, keren

  6. cinderellazty said: eh tp fili, ga ada kote html nya, adanya embed code, udah gitu pas udah dicopas ke postingannya, malah muncel kode2 aja

    iya, embed code dikopi, trus paste ke postingannya tuh diubah dulu yang bagian kanan atas postingan, centang dulu edit html, tar kan muncul kode2, nah paste di bagian bawah, abis itu baru diilangin lagi centangnya, publish deh

  7. cinderellazty said: eh tp fili, ga ada kote html nya, adanya embed code, udah gitu pas udah dicopas ke postingannya, malah muncel kode2 aja

    prosesnya hampir sama mbak, ‘alah bisa karena biasa’…Tak merasa wajib, tapi ada rasa nyaman memakainya 🙂

  8. cinderellazty said: eh tp fili, ga ada kote html nya, adanya embed code, udah gitu pas udah dicopas ke postingannya, malah muncel kode2 aja

    masih ya teror jadul : kalau pake jilbab susah dapet kerja, kalau pake jilbab susah masuk sekolah bagus, bla bla bla *sigh*

  9. inimona said: masih ya teror jadul : kalau pake jilbab susah dapet kerja, kalau pake jilbab susah masuk sekolah bagus, bla bla bla *sigh*

    saya pun masih terus beproses.. terima kasih telah saling mengingatkan.. ^_^

Leave a reply to wennyrad Cancel reply