Kepala Bayi Ibu, Besar

Bismillahirrahmanirrahim…
Suatu siang, di poli kandungan kebidanan, aku yang saat itu lagi ambil kasus ujian, meminta seorang ibu untuk kuperiksa lagi. Hari itu kamis, tapi kenapa ruang tunggu terasa sesak?
Sang ibu berwajah setengah letih, menjawab pertanyaanku dengan lebih banyak kata: lupa.
“Sudah pernah di-USG Bu?”
“Sudah.”
“Katanya gimana?”
“Kepalanya belum mapan *ada di tempatnya*”
Aku pikir, kata mapan itu berarti belum masuk ke Pintu Atas Panggul, alias kepala masih bisa digoyang, seperti yang ibu-ibu lain bilang. Lagipula karena diburu waktu, takut si ibu dipanggil masuk, aku langsung minta pemeriksaan fisik Leopold untuk melihat posisi janin tanpa melihat USG, kupikir, toh di dalam di USG lagi, nanti kuikuti si ibu.
Lho, kenapa Leopold I keras? L1 itu di mana kita menilai bagian fundus uterus, atau sekitar ulu hati, untuk melihat bagian atas perut ibu. Seharusnya teraba bulat lunak, karena normalnya, bokong yang ada di sana. Sampai ke L3, di mana kita memeriksa bagian terbawah ibu, untuk mengetahui bagian janin yang mana yang berada di dekat jalan lahir, malah teraba bulat lunak.
“Ibu, katanya kepalanya sudah di bawah?” tanyaku.
“Belum, masih di atas.”
“Oh… ya, memang masih di atas.” Kepalanya teraba cukup besar.
Tepat setelah kuperiksa, si ibu dipanggil keluarganya, sudah akan dipanggil masuk, antriannya. Akhirnya aku mengikuti.
DSOG melihat materi USG yang ternyata baru diambil beberapa hari yang lalu. Lengkap. RS swasta.
“Ibu tahu kenapa dirujuk ke sini?”
“Iya, katanya kepala bayinya besar.” Aku lupa konten kalimatnya, intinya keluarga diminta ke RS provinsi ini untuk terminasi kehamilan. Segera diangkat. Sesar.
“Bu, umur bayinya baru 35 minggu, jadi nunggu cukup usianya dulu. Minggu depan ke sini lagi, kontrol.”
Keluarga agak keberatan, rumah mereka jauh, tapi akhirnya menurut lalu keluar ke administrasi, lalu dijelaskan lagi dengan lebih rinci. Ternyata, orang-orang yang duduk di tempat tunggu itu keluarga si ibu ini. Banyak. Mungkin 5-6 orang. Mungkin mereka semua khawatir, karena bayi yang akan dilahirkan ini, besar-kepala, alias hidrocefalus kongenital. Rata-rata bayi seperti ini memang susah berputar, kepalanya biasanya susah turun ke panggul, alias sungsang, presentasi bokong. Kasus seperti ini jarang, sekitar 1 per 1000 kehamilan. Untuk kasus seperti ini, konseling keluarga diharapkan dapat mengurangi kecemasan dan rasa bersalah keluarga.

42 thoughts on “Kepala Bayi Ibu, Besar

  1. sukmakutersenyum said: kalau segera dikeluarkan apa si bayi bisa normal?penyebabnya apa aja kira2 ya?

    kemaren adekku jg nakut2in aku.. “kamu jangan maem sembarangan, bayi itu rentan hidrosephalus… “hiks…Ya Allah, moga2 ni dede sehat2 aja.. ibunya jg mg2 baik2 aja…

  2. sukmakutersenyum said: kalau segera dikeluarkan apa si bayi bisa normal?penyebabnya apa aja kira2 ya?

    hiks…sedih ya kalau bayinya hidrocefalus. sebab2nya apa bu dokter Haya ? :)nanti setelah lahir bisa dikeluarin kan cairan di kepalanya ?baru 35 minggu pulak, belum siap lahir…hiks…

  3. aisavitri said: kemaren adekku jg nakut2in aku.. “kamu jangan maem sembarangan, bayi itu rentan hidrosephalus… “hiks…Ya Allah, moga2 ni dede sehat2 aja.. ibunya jg mg2 baik2 aja…

    hehe, maem apa emangnya?aamiin, Ya Rabb

  4. myshant said: bu dokter Haya

    aamiinmacem2 sebabnya, bisa genetik, bisa lingkungan, infeksi, tumor, toxobisa sih.. 😀 cuma belum tau, tercover askin atau enggaiyap.. makanya masih ditunggu dulu, paling engga 37 mg,

Leave a reply to luvummi Cancel reply