Hari apa waktu itu, aku lupa. Kunaiki motorku seperti biasa, berangkat ke kampus.
Saat kulihat seorang kakek becak sedang menaikkan sekardus besar jeruk yang dipanggulnya, susah payah. Aku merasakannya, di low back -ku… rasa nyeri. Kuduga aku akan langsung merasakan rasa nyeri di punggung bawahku, bila aku melakukan sepertinya.
Lalu seorang buta yang berjalan, mendahulukan tongkatnya sebagai pengganti mata. Meski kadang mataku bermasalah, pegal dan menjadi pemicu migrain. Tapi aku masih menikmati banyak warna-warni dunia, ciptaan-Nya. Sungguh, trenyuh.
Ketika motor kembali kunaiki pulang. Sebuah ambulans menutup jalanku. Aku melihatnya, di depan ruang hemodialisis, di atas brankar. Kesakitan, dan keluar buih kotor dari mulutnya. Aku mengingat-Nya lagi.
Ketika mata masih bisa melihat. Tangan masih bisa meraba. Kaki masih bisa berjalan. Jantung masih bisa berdenyut. Yang harus kau lakukan adalah, membantu mereka yang tidak seberuntung itu kukira. Siapapun kita, meski bukan dokter sekalipun…
repost from HERE
Aku juga nggak paham, kenapa judulnya itu.. 🙂 tampaknya hari-hari terakhir ini di benakku hanya ada kata itu..
prefect
another story of haya najma?blogmu ada berapa seh Phil?
banyak an 😀 difokuskan masing2 ;P
semakin menyelami tugas, semakin merasa belum berarti apa-apa di hadapan-Nya T_T
iya mbak, tadinya semangatku agak kendor.. tapitapitapi.. 😦 biarlah kita jadi babu, yg penting ada yg kita lakukan
mbak…
opo mbak…? 🙂
:D*tersenyum sambil nongkrong d ‘atas’ jendela*
idih, kok nongkrong si jendela?
kesempurnaan itu, mau mengakui ketidaksempurnaan.C#
penyempurna
seandainya semudah itu mas 😀
penyempurna keimanan?
mudah kok..dengan ikhlas..thd diri sendiri.C#
bukan, sempurna itu kan benar-benar ‘sempurna’kupikir nggak ada yang melebihi sempurna-Nya.. begitu,manusia dibilang makhluk paling sempurna, dibandingkan yang lain, tapi masih ada yang lebih sempurna kan? hehe